Jakarta, Ma’arif NU Online,- Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PBNU melanjutkan agenda program organisasi penggerak dengan melaksanakan rapat persiapan pemetaan dan survey Sekolah Sasaran POP di Hotel Permata Bogor, pelaksanaan pada hari sabtu 9 Oktober 2021 hinggasenin 11 Oktober 2021. Kegiatan ini dibuka oleh ketua LP. Ma’arif NU PBNU KH. Z. Arifin Junaidi dan dihadiri oleh tim penyusun instrument survey dan pemetaan program organisasi penggerak.
Dalam sambutannya Kyai Arjuna menyampaikan beberapa hal penting sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan ini yang pertama yaitu mengenai Khitthah belajar yang di dalamnya memuat empat hal, pertama intellectual curousity, yaitu keingin tahuan intelektual yang lebih tinggi karena pada dasarnya khittah manusia adalah memiliki rasa keingintahuan yang terkait dengan pengetahuan-pengetahuan umum sehingga dapat terus berkembang, kedua creative imagination, yaitu berfikir dan berimajinasi secara kreatif dan positif sehingga mampu menjadikan stimulus bagi perkembangan peradaban untuk lebih maju dan modern dengan diawali dari imajinasi. Ketiga art of discovery and invention, yang merupakan khittah lebihl anjut dari creative imagination dan keempat noble attitude itu berakhlak mulia atau berkarakter mulia yang mana Lembaga Pendidikan Ma’arif NU berkompetenter utama dari segi literasi dan numerasi dan segi kognitif serta psikomotorik dalam hal attitude dan afeksi, ungkapnya.

Kyai Arjuna menyampaikan quote karya beliau sendiri “orang pintar tidak berhenti belajar meskipun sudah tau dan bisa, orang bodoh tak mau belajar meskipun tidak tau dan tidak bisa”, tau adalah domain kognisi, bias adalah domain psikomotorik, sedangkan soal tidak mau belajar, tidak berhenti belajar itu adalah domain afeksi. Sehingga LP. Ma’arif NU karena ada khittah belajar seperti ini sehingga terus berkembang tidak pernah berhenti belajar selamanya, terangnya.
Dalam peradabanera digital, Jepang yang mendeklarasikan Society 5.0, karena bangsa Jepang melihat konsep Pendidikan di era revolusi industry 4.0 terlalu menekankan kepada kognisi dan psikomotorik kurang pada afeksi. Pada society 5.0, disebut demikian agar manusianya juga menjadi subjek. Dilain hal, Alvin Toffler membagi era revolusi menjadi tiga, first wave adalah green revolution (revolusihijau) yaitu dengan ditemukannya mekanisas ipertanian, second wave yaitu Era Revolusi Industri dan third Wave adalah era revolusi informasi. Kemudian dikembangkan dengan adanya era revolusi Industri4.0 yaitu menggabungkan era second wave dan third wave sehingga focus pada pengembangan industry informasi. Bahkan saat ini sudah berkembang masuk pada teknologi 5.0. jika teknologi ini berkembang dan ternyata di Indonesia belum support providernya maka hal ini juga belum memungkinkan sehingga itu perlunya kita kembali pada semangat hadist Rasullullah SAW “tuntutlah ilmu walau ke negeri cina”. dalam makna senatiasa belajar peradaban pengetahuan, tegasnya.
Lanjut beliau menyampaikan bahwa dengan masuknya teknologi 5G tentunya pendidikanpun akan berubah sehingga memunculkan tantangan pendidikan kedepannya. Tantangan abad XXI adalah a) creativity and innovation, (kreatifitas dan inovasi) yang merupakan kebutuhan sekaligus tantangan seperti halnya teknologi komunikasi yang masuk pada era 5G b) critical thinking and problem solving, c) communication, d) collaboration; ini merupakan tantangan-tantangan kedepan sehingga perlu digarap pertama adalah tenaga pendidik sebagai garda pertama dalam pendidikan agar mampu menguasai segala-galanya.

Kyai Arjuna juga menkritisi Taksonomi Bloom terkait : a) LOTS (Lower Order Thinking Skills): remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), b) HOTS (Higher Order Thinking Skills): analyzing (menganalisa), evaluating (mengevaluasi), creating (mencipta) yang dianggap juga tidak sesuai dengan konsep pendidikan pada UNESCO (how to know, how to do, how to be, how to live together), beliau menganngap dalam LOTS Taksonomi Bloom belum mengakomodasi how to be dan how to live together sehingga afeksinya belum tampak, tobe dan to live togethernya juga belum tercermin. Oleh karena itu guru sebagai ujung tombak pendidikan maka harus yang pertama di perbaiki. Khittah belajar harus dimulai dari guru yang memiliki intellectual curousity,creative imagination, art of discovery and invention, noble attitude. Dan kemampuan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Kenapa guru karena “Man laisaladaihi la yastati al maqom” barangsiapa yang tidak memiliki maka dia tidak bias member, pungkasnya. Admin