Assalamu alaikum wr. wb.
Yang terhormat para alim ulama, pejabat pemerintah, senat guru besar, rektor dan pembantu rektor, dekan dan pembantu dekan, dewan Pembina, pengurus dan pengawas Yayasan Unisma, orang tua dan keluarga, wisudawan dan tamu undangan, Alhamdulillah, untuk kesekian kalinya saya dapat menghadiri dan menjadi saksi peristiwa bersejarah yakni acara wisuda yang diselenggarakan UNISMA (Universitas Islam Malang) di pagi hari ini. Shalawat serta salam dihaturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, penuntun kita.

Pertama-tama saya ucapkan selamat kepada keluarga dan para wisudawan. Keluarga telah selesaikan melaksanakan satu tahapan tugas dan kewajiban yang diamanatkan Allah Swt. Para wisudawan telah selesai melaksanakan tugas mencari ilmu yang menurut agama kita, wajib hukumnya. Namun demikian, wisuda bukan akhir dari segalanya. Wisuda justru awal segalanya. Kesuksesan dalam hidup dan kehidupan wisudawan bukan ditentukan oleh wisuda ini, tapi oleh sejauh mana wisudawan mampu menerapkan ilmu yang diperolehnya selama belajar di almamater sehingga menjadi orang yang bermanfaat bagi diri, keluarga, umat, masyarakat, bangsa dan negara.
Wisudawan harus bersyukur berkesempatan memperoleh pendidikan tinggi di UNISMA, perguruan tinggi terdepan di lingkungan NU. UNISMA terdepan bukan hanya dari segi jumlah mahasiswa dan kemegahan kampusnya, lebih dari itu UNISMA terdepan dari segi kompetensi lulusannya. Ini karena pencapain UNISMA dalam standar guru besar, dosen, tenaga adminstrasi, kurikulum, sarana prasarana, pembiayaan dan pengelolaan.
Wisudawan hari ini adalah cendikiawan hari esok. Wisudawan hari ini adalah pemimpin hari esok. Wisudwan hari ini adalah guru dan pendidik hari esok. Tantangan esok bagi wisudawan hari ini adalah era revolusi industri 4.0 (ERI 4.0) yang telah memasuki hidup dan kehidupan kita hari ini. Memang banyak yang mempertanyakan teoritikal konsep ERI 4.0 itu. Konsep revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Ekonom terkenal asal Jerman itu menulis dalam bukunya, The Fourth Industrial Revolution bahwa konsep itu telah mengubah hidup dan kerja manusia.
Pertanyaannya kenapa kita mewanti-wanti banyak hal untuk mengantisipasi dampaknya saat kita telah memasuki ERI 4.0? Banyak kalangan yang menganggapnya hanya sebagai akal-akalan untuk kepentingan dagang. Namun secara praktikal kita tidak dapat menampiknya. ERI 4.0 telah mendorong disrupsi (disruption) dalam banyak hal. Secara bahasa, disruption artinya gangguan atau kekacauan; gangguan atau masalah yang mengganggu suatu peristiwa, aktivitas, atau proses (disturbance or problems which interrupt an event, activity, or process).
Secara praktis, disrupsi adalah perubahan berbagai sektor akibat digitalisasi dan “Internet of Thing” (IoT) atau “Internet untuk Segala”. Saat ini media cetak menjadi media online atau situs berita,ojek pangkalan menjadi ojek online (ojol), taksi konvensional atau taksi argo menjadi taksi online, mal atau pasar menjadi marketplace atau toko online (e-commerce), dan digitalisasi lainnya.
Dalam bisnis, dikenal istilah “inovasi disruptif” (disruptive innovation), yaitu inovasi yang menciptakan pasar baru dan jaringan nilai dan akhirnya mengganggu pasar dan jaringan nilai yang ada, menggantikan perusahaan, produk, dan aliansi terkemuka di pasar yang sudah mapan. Bisnis yang tidak beradaptasi dengan era disrupsi akan bangkrut, misalnya beberapa perusahaan mendunia yang telah mengalami kebangkrutan karena tidak dapat beradaptasi a.l. Kodak, Nokia, dan Blockbuster. Di Indonesia juga banyak usaha yang gulung tikar atau tinggal menunggu saat akhirnya,. Sedangkan perusahaan berbasis ICT (Information and Commucication Technology) atau internet seperti google dan facebook, bisa menjadi penguasa dunia, tidak hanya di bidang ekonomi tapi juga bidang-bidang lain.
Di bidang politik, misalnya kampanye, kini lebih “meriah” di media sosial yang memiliki daya jangkau audiens yang jauh lebih luas dan merata. Kampanye di media sosial, seperti “perang tagar” dan “tweet war” (twar) lebih seru ketimbang orasi di lapangan terbuka dengan ratusan atau ribuan orang. Di bidang pendidikan, saat ini di era disrupsi, siswa dan mahasiswa dengan mudah mendapatkan materi pelajaran dan materi kuliah di internet. Mungkin lebih lengkap dari materi yang disampaian di kelas. Guru dan dosen juga mudah mendapatkan sekaligus menyampaikan materi ajarnya secara online. Kini kelas menjadi rombongan belajar yang terhimpun dalam grup-grup Whats App (WA). Guru dan dosen dengan mudah menyampaikan materi melalui media tersebut. Guru dan dosen bisa juga membuka kelas online atau kuliah online. Jarak bukan lagi masalah.
Dulu, untuk mencari referensi, artikel, buku, atau jurnal harus pergi ke perpustakaan dan/atau toko buku. Sekarang big data atau mahadata menyajian semuanya. Informasi “apa pun”, berbagai tema dan topik, tersedia di eBook, e-Journal, di laman Slide Share, Slide Player, academia.edu, juga posting blog, bertebaran di berbagai halaman internet atau situs web dan blog. Dosen tidak bisa lagi memberi tugas kepada mahasiswanya untuk menyusun makalah yang dijilid model lama. Mahasiswa dengan mudah “membuat makalah” dengan mencarinya di google dan mencetaknya. Mereka hanya mengganti nama, judul, atau identitas.
Menurut Tiffany Reiss, CEO TheHubEdu , guru memiliki peran penting dalam melakukan kontekstualisasi informasi serta bimbingan terhadap siswa dalam penggunaan praktis diskusi daring. Pendiri Alibaba, Jack Ma, juga mengatakan, fungsi guru pada era digital ini berbeda dibandingkan guru masa lalu. Kini, guru tidak mungkin mampu bersaing dengan mesin dalam hal melaksanakan pekerjaan hapalan, hitungan, hingga pencarian sumber informasi. Mesin jauh lebih cerdas, berpengetahuan, dan efektif dan tak kenal pernah lelah melaksanakan tugasnya. Karena itu, fungsi guru “bergeser” lebih mengajarkan nilai-nilai, etika, karakter, budaya, kearifan dan pengalaman. Orang yang hanya belajar dari google dan mesin pencari tidak akan memiliki nilai-nilai itu, karena google atau mesin pencari di internet tidak dapat mengajarkannya.
Pada titik inilah peran dan fungsi lembaga pendidikan keagamaan seperti pesantren, madrasah dan perguruan tinggi agama tetap berada pada titik sentral dan strategis. Saat angka pelanggaran norma social, susila dan hokum terus naik, tak dijumpai – atau angkanya relative kecil – pelakunya dari pesantren atau madrasah, dan tentu dari perguruan tinggi agama di lingkungan NU. Ini bukti bahwa pesantren atau madrasah, dan perguruan tinggi agama di lingkungan NU telah mampu menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter sebagaimana dikehendaki penguatan pendidikan karakter, yakni religius, jujur, tolerans, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social dan tanggung jawab.
Dengan penguatan karakter seperti itu, saya yakin lulusan pesantren, madrasah dan perguruan tinggi agama, khususnya UNISMA akan tetap berada di garda terdepan apa pun dan bagaimana pun perkembangan teknologi dan kehidupan, yang lima tahun ke depan pun kita tidak tahu akan seperti apa. Saya yakin UNISMA akan bisa menjaga lulusannya untuk menjaga dan menerapkan nilai-nilai yang diajarkan oleh para pendiri NU dan ulama-ulama pemimpin kita, yakni al muhafadlatu ala qadimish shalih wa akhdu bil jadidil ashlah.
Mewakili keluarga besar LP Ma’arif NU, saya sampaikan penghargaan dan apresiasi kepada UNISMA atas pencapaiannya selama ini, juga untuk Wisuda ke-62 yang digelar hari ini dengan jumlah wisudawan sekitar 2.000 dari program politeknik, sarjana, profesi dan pascasarjana. Saya yakin di masa mendatang UNISMA akan terus berkembang dan meningkat. Saya juga yakin, UNISMA akan mampu mewujudkan tag line “Dari NU untuk Indonesia dan Peradaban Dunia”. Saya yakin di masa mendatang UNISMA tidak hanya mampu menjawab tantangan jaman, lebih dari itu UNISMA mampu memberikan tantangan jaman. Demikian, mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan.
Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thariq
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb