Jakarta Ma’arifNU Online- What is the right it to do and how to do it in the right way. Itulah pegangan pemimpin sepanjang masa. Untuk itu harus bisa NGOPI – NGORAK – NGOPIL dan me-ROKOK. Apa itu? NGOPI (Ngolah Pikir – literasi dan numerasi), memiliki dua pengertian. Pertama, berarti mengisi, mengasah dan mengolah otak, baik otak sendiri maupun otak yang dipimpin. Pemimpin harus open minded, untuk itu perlu terus meningkatkan pengetahuan dan wawasan dirinya. Untuk keberhasilan kepemimpinannya di masa kini dan yang akan datang pemimpinpun harus meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang dipimpinnya. Kedua, melakukan pemusatan pikiran atau konsentrasi dalam melaksanakan amanat, tugas pokok dan fungsinya, tegas Ketua LP Ma’arif NU PBNU KZ.Arifin Junaidi, dalam Webinar Kepala Sekolah Sebagai Ceo Yang Handal Hebat Dan Berdayasaing, secara Virtual Zoom, yang dilaksanakan oleh MKKS Ma’arif NU PWNU Jawa Timur, Selasa 29 Juni 2021.

Lebih lanjut Kiai Arjuna menyampaikan, NGOPIL (Ngolah Ketrampilan), seorang pemimpin harus terus menerus meningkatkan kemampuan teknisnya. Tentu saja disesuaikan dengan jenjang kepemimpinannya. Meski pada jenjang kepemimpinan atas kemampuan teknis tak harus lebih besar dari kemampuan konseptual, sebagaimana kepemimpinan jenjang bawah, namun tetap saja kemampuan teknis tetap diperlukan. Sedangkan ROKOK – Rencana, Organisasi, Koordinasi, Operasionalisasi dan Kendali. Artinya seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan manajerial.
Kiai Arjuna, kemudian menegaskan lebih lanjut dalam sambutannya bahwa “Pemimpin di Era Revoluasi Industri 4.0” ditentukan oleh kemampuan manajerial. Kemampuan tersebut harus dimiliki pemimpin di sepanjang jaman. Sekarang kita sudah berada pada era Revolusi Industri yang ke 4.0, bahkan di akhir 2019 Jepang sudah menyatakan memasuki era revolusi industri 5.0,yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Manusia akan mendesain dunia dan mengubah realitas di sekitar kita dengan perubahan secara atom dan molekul, perubahan secara nanoteknologi ditambah dengan segala sesuatunya di dunia yang terkoneksi dengan Internet.Kita melihat, di setiap fase, selalu ada hal baru yang muncul dan ada yang punah. Hanya yang terbaik yang akan bertahan. (Revolusi industri 1.0 terjadi pada akhir abad ke-18 dengan ditemukannya produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap. Revolusi industri 2.0 dimulai di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang disebut juga fase pesatnya industrialisasi, ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam, penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lainnya. Revolusi industri 3.0 yang terjadi pada awal tahun 1970 dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi berbasis komputer dan internet, terangnya
Pemimpin dan organisasi yang tidak beradaptasi dengan cepat akan punah. Pemimpin harus bergerilya, terkoneksi, berkolaborasi, terus belajar, terbuka akan perubahan, memiliki tim yang bergairah dan semangat maju, serta memiliki dan mengadaptasi teknologi atau cara yang lebih baik. Pemimpin juga harus berani, mau menerima, mendorong, dan memotivasi tim untuk memberikan feedback terhadap kepemimpinannya demi kemajuan bersama. Akan lebih baik ketika pemimpin juga dapat menantang dirinya untuk keluar dari zona nyaman dengan melakukan coaching dan menerima feedback dari orang diluar organisasi, imbuhnya
Kata kuncinya menurut Kiai Arjuna adalah Perubahan. Organisasi yang sehat adalah organisasi yang terus menerus melakukan perubahan. Perubahan pada organisasi merupakan bagian dari pengembangan organisasi. Perubahan organisasi memerlukan peran kepemimpinan dan keterlibatan group decission,yakni kelompok yang sengaja dibentuk untuk suatu tugas tertentu dengan fungsi dan tugas, mengawali, mencari informasi, menentukan masalah, mencari wawasan, memberikan penilaian, dan menangani keputusan. Perubahan organiasi adalah berubahnya individu, lingkungan kerja, dan organisasi secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Menurut CEO Andrew Tani, tantangan pemimpin di era distrupsi dan revolusi industri 4.0 ini masih sama seperti sebelumnya, yaitu tantangan external survival dan internal integration. External survival terkait dengan kenyataan, bahwa pada saat sekarang ini pemakai jasa menjadi raja saja yang bisa memiliki segala-galanya. Sehingga kalau ada pesaing kita yang bisa mengerti dan memberikan layanan lebih baik dari kita, maka mereka tidak akan mengalami kesulitan yang berarti untuk merebut posisi kita. Tidak ada lagi loyalitas pengguna jasa seperti yang kita tahu sebelumnya.Kalau ada pilihan yang lebih menguntungkan maka dia akan pindah ke lain hati. Untuk itu perlu dijaga agar jangan sampai yang memberikan pilihan yang lebih baik itu adalah pesaing kita, yang akan mengakibatkan kita kehilangan segala-galanya. Kita yang harus melakukan itu, tegasnya kyai Arjuna
Sedangkan internal integration merupakan tantangan bagi para semua pemimpin organisasi pada masa sekarang dalam mengelola sebuah organisasi. Misalnya adanya kenyataan bahwa terdapat tiga generasi di organisasi kita, yang lima tahun lagi bisa jadi bakal jadi empat generasi. Kalau ada tiga sampai empat generasi di dalam satu organisasi, maka tentunya semakin dibutuhkan internal integration yang mampu menyatukan bahasa, dan menyatukan hati. Pemersatunya cuma satu, yakni pemaknaan dari eksistensi mereka. Yang dibutuhkan internal integration bukan leadership yang kuat dalam pengertian top down, tetapi leadership yang wise. Hal ini yang sekarang menjadi barang langka, ungkap Ketua LP Ma’arif NU PBNU dengan lugas
Pada dasarnya ada tiga peran yang dapat dimainkan oleh pemimpin organisasi di tengah persaingan, yakni sebagai digital teacher, digital corporate leader dan digital team leader. Sebagai digital teacher seorang pemimpin harus banyak melakukan proses belajar, karena the best guard to learn is to teach. Untuk peran sebagai digital corporate, pemimpin harus memberikan ruang yang lebih luas kepada siapapun untuk berkembang. Karena melakukan transformasi di dalam organisasi bisa lebih cepat dilakukan dengan cara mengarahkan orang melalui proses mendengar. Sedangkan pemimpin dengan peran sebagai digital corporate leader, berarti dirinya harus menjadi driving forceyang mampu merombak dan bertanya kembali terkait pengguna jasa. Pemimpin juga harus memperhatikan dan menciptakan briliant process, imbuhnya
Kemudian, untuk menjadi yang terbaik perlu totalitas dan profesionalitas pemimpin. Totalitas adalah keutuhan atau keseluruhan. Totalitas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya dalam melakukan atau mengerjakan berbagai hal dengan optimal, baik dalam berpikir, bertindak, berbicara, dan kebersamaan dengan pengurus. Apapun pekerjaan yang kita lakukan tidak akan pernah berarti apa-apa jika hanya dikerjakan setengah hati. Totalitas sangat diperlukan manakala kita mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas. Sering kali kita terjebak dalam rutinitas belaka. Bekerja hanya seadanya, dengan memenuhi “rukun dan syarat” dan setelah itu selesai. Salah satu ungkapan klasik yang mungkin sering kita dengar adalah ungkapan manjadda wajada yang berarti “barang siapa bersungguh-sungguh maka ia dapat”. Ungkapan ini memang sederhana dan pendek, namun jika dilakukan hasilnya menjadi luar biasa, jelasnya
Menurut Onny S. Prijono, profesionalisme adalah kemampuan untuk memasuki ajang kompetisi sebagai antisipasi menghadapi perkembangan.Profesionalisme atau sering disebut profesionalitas adalah istilah atau sebutan yang diberikan kepada seseorang yang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab besar atau menjalankan amanah yang diberikan dijalankan dengan baik dan penuh tanggung jawab dalam sebuah organisasi atau pekerjaan dalam organisasi yang dijalankan, dan selalu meningkatkan kualitas yang maksimal yang diharapkan dalam bidangnya. Orang yang mempunyai sikap profesional diantaranya percaya diri, tapi tidak sombong, patuh terhadap etika kerja yang ditetapkan, terstruktur dan terorganisir, dan lain-lain.
Orang bisa disebut profesional, apabila dapat menunjukkan 6 K, yakni Kompeten, Konsisten, Konsekwen, Komitmen, Kompetitif dan Karakter.
- Kompeten
Merupakan kata sifat, menggambarkan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu secara memadai, atau kapasitas mental seseorang untuk memahami suatu proses. Seseorang dianggap kompeten, saat mereka dapat melakukan tugas tertentu. Kompetensi lebih sering digunakan untuk menggambarkan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas tertentu. Kompeten dan kompetensi muncul pada akhir abad keenam belas berarti persaingan, berkembang berarti pasokan yang memadai, dan akhirnya pada 1790, berarti kecukupan untuk berurusan dengan apa yang ada.
2. Konsisten
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti konsisten adalah tetap (tidak berubah-ubah), taat asas atau ajek, selaras atau sesuai. Berdasarkan asal katanya tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kata konsisten artinya sesuatu yang tidak berubah-ubah, selalu berperilaku atau terjadi dalam cara yang sama, terutama hal yang positif.
3. Konsekwen
Tanggungjawab. Sesuainya kata atau perbuatan; berwatak teguh, tidak menyimpang dari apa yg sudah diputuskan.
4. Komitmen
Dalam bahasa Inggris, commitment berarti tanggung jawab terhadap pemenuhan janji. Orang yang komitmen, ia bertanggung jawab terhadap apa yang telah dijanjikannya. Karena itu, komitmen sering juga dihubungkan dengan kata konsekuen, artinya apa yang telah dijanjikan, apa yang telah direncanakan, harus dilaksanakan. Sehingga komitmen berarti adanya kesatuan tak terpisahkan antara rencana, janji dan pelaksanaan.
5. Kompetitif
Kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya.
6. Karakter
Karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.
Sanggupkah LP Ma’arif NU melakukan itu semua? Kita yakin, kita sanggup. Karena sejak kelahirannya LP Ma’arif NU adalah organisasi penggerak di bidang pendidikan yang dengan totalitas dan profesionalitasnya terus menerus meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, karakter dan sikap sosial anak didik melalui keluarga, sekolah, masyarakat dan tempat ibadah. Selain itu visi LP Ma’arif NU “lembaga pendidikan yang mandiri, afirmatif, nirlaba, transformatif, adaptip dan profesional” atau biasa disingkat MANTAP akan membawa LP Ma’arif NU menjadi organisasi penggerak di bidang pendidikan yang menghasilkan generasi yang tidak hanya mampu menjawab tantangan jaman, tapi juga mampu memberi tantangan kepada jaman, pungkas Kiai Arjuna.