Jakarta, Ma’arifNU Online,- Program Zoominar Jalan Sufi LP Ma’arif NU PBNU merupakan kegiatan yang diselenggarakan setia 2 minggu sekali dengan harapan pengurus LP Ma’arif NU dan civitas warga Satuan Pendidikan Ma’arif NU dapat mewarisi sikap para sufi ahli tarekat, senantiasa tawaddu dan qa’naah, dan pada kesempatan ini, Narasumber Zoominar Ketua PCI NU Jepang Dr. Eng KH Miftakhul Huda, tegas kiai Z. Arifin Junaidi, Jum’at 26 Maret 2021.
Tema zoomoinar kali ini adalah “Semangat Bushido Bangsa Jepang dan Kesesuaiannya dengan Nilai-nilai Islam” dimana sikap hidup dan keselarasan semangat Bushido jepang, sebagai masyarakat yang menjungjung tinggi budanya walau meraka telah menyelaraskan kemajuan modern dalam peradaban teknologi. Adalah tetap memelihara nilai-nilai budaya nenek moyangnya, dan tetap memelihara prinsif nilai-nilai Bushido menjadi prinsif hidup bangsa jepang sebagai bagian penting bagi masyarakat Jepan yang merupakan prinsif sikap kesatria, ungkap kiai Arjuna Ketua LP Ma’arif NU PBNU
Kyai Miftakhul dalam materinya disampaikan bahwa masyarakat Jepang percaya takdir, Bushido, merupakan laku ksatria para samurai, Totalitas, menjaga martabat dg memegang teguh prinsip apapun yg terjadi seberapun harganya, malu kalau berbuat salah atau merugikan orang lain, serta rendah diri. Mudah meminta maaf dan mendahulukan orang lain, dan tidak menonjolkan diri hal ini sesuai sajaran kita sebagai seorang muslim yang taat, Sufi Orang jepang saat bencana, tenang, menerima tanpa banyak protes, tetap berusaha mencegah dan mengatasi. Saat gempa chaos tetap memegang prinsip, tidak rebutan, tenang, saling membantu, tepo seliro.

Perinsif pendiidkan atau defini pendidikan, adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan sebagai proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik; dan akademis pendidikan yang berhubungan dengan bidang ilmu (studi) spt bahasa, ilmu-ilmu sosial, matematika, ilmu pengetahuan alam, tegas Dr. Eng. KH. Miftakhul Huda
Lebih lanjut kiai Miftakhul menuraikan model pendidikan formal di Jepang kurang lebih sma dengan sistem pendidikan di Indonesia, sekolah wajib belajar anak usia 6-15 tahun (SD-SMP). SMA. • Pendidikan moral di rumah pendidikan orang tua, yang membedakan adalah adanya pendidikan masyarakat Masyarakat (syakai), anggota masyarakat (syakaijin) yang diberrlakukan setelah selesai pendidikan tinggi, ungkapnya.
Filosofi Gekirei Jepang mendorong mendidik bukan untuk menilai kemampuan kuantitas dengan A, B, C, atau D, melainkan untuk mendorong mengenal dan melakukan proses mencari kebenaran ilmiah. Dimana, mendidik secara bertahap menyesuaikan kemampuan mahasiswa sambil melakukan peningkatan kemampuan mahasiswa secara terus menerus. Imbuhnya. //Admin