Jakarta – Lembaga Pendididikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyelenggarakan webinar dengan tema Jalan Sufi Spiritualitas Dan Intuisi Pemimpin di Indoensia Pada Era Pandemi, Jum’at (10/07), dan menghadirkan narasumber Gus Ulil Absor Abdallah serta Dr. Rihab Said Aqil, S.Psi., M.Ed. yang merupakan putri dari Ketua Umum PBNU.
Diskusi berjalan menarik, karena kedua narasumber memberikan perpektif baru dalam pemikiran kader-kader Nahdlatul Ulama, terutama Ning Rihab (sapaan akrab Dr. Rihab Said Aqil, S.Psi., M.Ed.) yang menjelaskan kepemimpinan intuitif. Penilaian positif datang dari berbagai kader-kader Nahdlatul Ulama, salah satunya Fachri Ali, menurutnya, pada hari ini telah bertambah lagi Akademisi Perempuan NU yang kredibel dibidang ilmu pengetahuannya.
“Ning Rihab, menuerut saya telah menunjukkan kemampuan akademis mumpuni, dalam makalah yangNing Rihab presentasikan, dia mulai dengan teori umum tentang kepemimpinan yang kemudian berfokus pada apa yg disebutnya kepemimpinan intuitif. Yang membuat saya tercenung bukanlah tekanannya bahwa kepemimpinan intuitif yang berbeda dengan kepemimpinan rasional. Melaikan kelengkapan akademis yang dimiliki Ning Rihab. Ia menguasai bahasa Inggris dan bahasa Arab sekaligus. Dengan kelengkapan akademis ini, membuatnya memberi isi argumentasi yang tidak sepihak. Dalam arti, Ning Rihab tidak menyerah pada postulasi-postulasi teoretis Barat. Melalui penguasaan bahasa Arab, dia mempunyai akses ke dalam literatur Arab yang berbicara tentang filsafat kepemimpinan, sehingga dia bisa menjelaskan pemikiran-pemikiran intelektual muslim tentang kepemimpinan” terang Fachri.

Fachri pun berpendapat bahwa Ning Rihab adalah satu-satunya psikolog yang mempunyai pengetahuan dan kapasitas yang lengkap.
“Hemat saya, sejauh yang saya ketahui, Rihab adalah satu-satunya intelektual bidang psikologi terlengkap dengan infrastruktur akademis tersebut,” imbuh Fachri.
Menurut Fachri, Ning Rihab telah mampu “mendiskusikan” aliran psikologi sekuler dan dengan ajaran-ajaran agama serta pemikiran-pemikiran spikolog muslim.
“Ning Rihab adalah intelektual yang telah mendialktika kan aliran psikologi sekular dengan psikologi agama,” tutur Fachri.
Fachri pun berpendapat bahwa ini adalah hal yang baru dalam lingkungan Nahdlatul Ulama beberapa tahun terakhir ini.
“Selama ini, saya baru melihat kemunculan politisi perempuan NU seperti Khafifah Indarparawansa dan Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah. Tetapi, akademisi perempuan NU, sekali lagi, sejauh yang saya ketahui, mulai terlihat dari Ning Rihab,” ungkapnya.
Fachri pun memprediksi bahwa, kehadiran NU di hadapan publik Indonesia akan memperlihat perjalanan baru tanpa preseden, kedepan akan lebih banyak muncul kepermukaan intelektual-intelektual perempuan NU di publik.
“Terutama, jika Ning Rihab bisa mengonsolidir akademisi serta intelektual perempuan NU untuk semakin aktif di public,” pungkas Fachri.
Hari ini, diakaui atau tidak, intelektual dikalangan Nahdlatul Ulama yang sering muncul di publik adalah para laki-laki, sangat jarang intelektual perempuan NU yang muncul.