Jakarta – Setiap makhluk tercipta lengkap dengan takdir asalinya. Roadmap (peta jalan) hidup manusia sudah tercatat dalam Lauhul Mahfudz (QS Al-Haj:70). Ia menjadi ruang rahasia Allah dengan segala otoritas dan prerogatif-Nya. Dari sisi Allah, takdir itu adalah mubram (paten sesuai ketetapan-Nya). Allah Maha Mengetahui terhadap seluruh qadla’ dan qadaryang menjadi ketentuan manusia. Tentu, ketidaktahuan Allah tentang makhluknya adalah mustahil adanya.
Allah dapat menjangkau apa pun tanpa batas, baik hal yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Dengan kata lain, tak ada satu pun kejadian yang tak terjangkau radar-Nya (QS Al-An’am: 59). Dalam konteks ini, urusan takdir dengan segala kemungkinan perubahannya adalah otentik urusan Allah Swt.
Meskipun demikian, manusia tetap memiliki jalan ikhtiar untuk menjemput masa depan takdir yang lebih baik. Dari sisi manusia sebagai hamba Allah, kedudukan takdir itu adalah mu’allaq(tergantung pada usaha manusia) apabila belum tiba waktunya. Hal itu akan menjadi takdir mubram jika sudah menjadi kenyataan. Dengan demikian, manusia sebagai hamba Allah tidak boleh diam berpangku tangan karena ketidaktahuannya terhadap takdir itu. Manusia justru wajib berikhtiar dalam menapaki kehidupan. Nabi bersabda Berusahalah, semua akan dimudahkan. (HR Bukhori-Muslim).
Salah satu bukti bahwa manusia sebagai hamba Allah harus berikhtiar adalah hadirnya lailatulqadar. Ia adalah momentum yang disediakan Allah untuk manusia terkait urusan takdirnya, yaitu suatu malam istimewa yang lebih baik dari seribu bulan. (QS Al-Qadr: 3). Menurut beberapa ahli tafsir, lailtulqadar menjadi malam penentuan takdir tahunan manusia (sanawi). Posisinya melengkapi jenis takdir lainnya, yaitu takdir Allah sebelum kejadian bumi (azali) dan takdir yang dapat berubah setiap saat sesuai dengan kehendak Allah (yaumi). Sebagai malam penetapan takdir tahunan, lailatulqadar dipersiapkan Allah untuk manusia pada setiap tahun di bulan Ramadan. Melalui malam istimewa itu, Allah membuka ruang ikhtiar bagi manusia untuk menjemput takdir yang lebih baik untuk satu tahun ke depan.
Di tengah pandemi Covid-19, lailatulqadar adalah momentum yang sangat ditunggu-tunggu umat Islam, terutama memasuki malam ganjil di 10 hari terakhir di bulan suci ini. Lailatulqadar ini diharapkan menjadi ruang ikhtiar yang maksimal untuk menjemput takdir baru yang lebih baik, bebas dari wabah corona.
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menerangkan bahwa pada malam lailatulqadar, Allah akan mem-breakdown seluruh takdir manusia yang tercatat di Lauhul Mahfudzhingga akhir dalam setahun, termasuk catatan ajal dan rezekinya. Takdir ini nantinya akan ditampakkan kepada malaikat dan ia akan mengetahui yang akan terjadi, lalu ia akan melakukan tugas yang diperintahkan untuknya.
Takdir memang tidak bisa dihindari oleh umat manusia, tetapi Allah bisa memberikan takdir baru kepada hamba-Nya sesuai dengan upaya-upayanya, khususnya bagaimana kita menghidupkan malam lailatulqadar ini. Nabi juga pernah mengingatkan untuk tetap berikhtiar menyelesaikan setiap persoalan, termasuk menghindar dari musibah dan wabah.
Sikap optimistis di tengah lumpuhnya sektor kehidupan adalah sangat penting. Dengan keajaiban lailatulqadar, dengan panjatan doa, amalan-amalan saleh, dan segala upaya serius untuk menghindari wabah ini, maka kita yakin pandemi Covid-19 akan segera berlalu.
Pandemi Covid-19 adalah kenyataan yang harus diimani sebagai takdir Allah Swt. Namun, manusia harus berikhtiar agar terhindar dari wabah dan bersiap menyambut takdir baru yang lebih baik.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu dan telah menetapkan ukuran dari segala sesuatu itu (QS Al-Furqan: 2). Allah menghapuskan atau menetapkan apa yang dikehendaki-Nya (QS Ar-Ra’d: 39). Itulah yang disebut peta jalan hidup (takdir), yakni hukum-hukum yang telah Allah tetapkan terhadap segala sesuatu. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa kita sebagai hamba Allah bisa berikhtiar untuk takdir kita.
Maka, sebelum takdir itu terjadi, tidak boleh kita pasrah dan menyerahkan kepada takdir. Tugas kita adalah berikhtiar semaksimal mungkin baik lahir maupun batin agar Covid-19 segera Allah angkat dari kehidupan kita. Allah Maha Berkuasa untuk mengubah takdir kita jika menghendaki. Tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya.
Wardi Taufiq
Pengurus LP Ma’arif NU PBNU