Jakarta – Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendids) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), Kamaruddin Amin menilai bahwa masyarakat Indonesia / swasta mampunyai kontribusi terbesar terhadap pendidikan di Indonesia. Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti di Eropa hingga Timur Tengah di negara tersebut, peran utama pendidikan dipegang oleh pemerintah atau negara, pihak swasta bahkan tidak ada.
“Di sana pemerintahnya sangat dominan, sementara di Indonesia kontribusi mencerdaskan anak bangsa cukup besardilakukan swasta, diantara ialah Lembaga Penddikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU), hal ini kita cukup bangga sebgai entitas yang mencerdaskan anak bangsa,” kata Dirjen Pendis di Gedung Diklat SDM Kementerian Ketenagakerjaan, Rabu (12/2).
Selain itu, Doktor lulusan Universitas Bonn Jerman ini menilai bahwa, Indonesia sebagai negara yang plural dan mejemuk merupakan bagian dari usaha atau kontribusi yang telah dilakukan oleh organisasi masyrakat (Ormas) dan peran pondok pesantren sehingga negara ini mempunya infrastruktur sosial bangsa Indonesia yang kuat, dan hal seperti ini hanya ada di negara Indonesia.
“Ormas Islam dan Ponpes telah menjadi kekuatan civil society yang kuat, mereka menjadi perajut dan penguat masyarakat, ini keren dan sulit menemukan di negara lain, seperti Cina, India, dan negara lainnya,” tukasnya.
Namun, lanjut Dirjen Pendis mengajak LP Ma’arif, bahwa ada tantangan yaitu kualitas pendidikan di Indonesia yang masih perlu dibehani, karena kualitas pendidikan ini mempunyai korelasi atau hubungan terhadap angka pembangunan manusia dalam hal daya saing terhadap negara-negara lainnya yang maju.
“Masih banyak yang harus dikerjakan, kita semua harus bangun negara kita ini.” tutur Dirjen.
Dirjen bercerita bahwa, negara seperti Cina dalam hal pelajaran matermatika, proses pembelajaran dikerjakan oleh perusahaan swasta dengan tugas yaitu mendidik dan mengajar sekira 270 juta siswa yang ada di negara tirai bambu tersebut. Model yang mereka kerjakan dengan dukungan SDM hanya sebanyak tiga ratus tenaga profesional dilakukan dengan cara mengandalkan aplikasi. Dan hasilnya, mereka berada diurutan teratas berasar penilaian PISA.
Maka, kedepan Dirjen Pendis berharap kepada LP Ma’arif yang mengurusi pendidikan di lingkungan kaum Nahdliyyin mampu merubah paradigma belajar, baik ditingkat siswa maupun gurunya dengan dukungan literasi digital yang kuat.
“Kedepan kita berharap, LP Ma’arif merubah paradigma belajar baik ditingkat siswa maupun gurunya dengan dukungan literasi digital yang kuat,” imbuh Dirjen
Namun Dirjen juga mengingatkan tetap pentingnya Pendidikan karakter, dan diapun menjelaskan kepada semua yang datang bahwa secanggih apapun teknologi tidak akan bisa membentuk karakter.
“Namun secanggih apapun yang tidak akan bisa dilakukan oleh kecanggihan teknologi ialah pembentukan karakter,” tukasnya lagi.
Inilah yang menjadi tantangan lembaga pendidikan di Indonesia, termasuk LP Ma’arif, selain membentuk murid-murid yang berkarakter namun juga membentuk generasi yang terampil dan cerdas.
“Tantangan kita, termasuk LP Maarif, adalah bagaimana mencetak generasi yang terampil, cerdas namun juga mempunya karakter jiwa yang baik,” pungkasnya.
Di akhir penutupan acara, Dirjen Pendis Kemenag RI menandatangani MOU dengan LP Ma’arif NU PBNU, MOU tersebut merupakan kerjasama Peningkatan Mutu Pendidikan Islam antara Dirjen Pendis Kemenag RI bersama LP M’arif NU PBNU.